Residu merupakan salah satu tantangan yang dihadapi oleh pemangku ekonomi berkelanjutan, terutama dalam hal pengelolaan limbah. Residu atau sisa material yang dihasilkan dari proses produksi atau konsumsi seringkali menjadi masalah yang sulit untuk diatasi.
Salah satu contoh residu yang menjadi tantangan bagi pemangku ekonomi berkelanjutan adalah residu yang dihasilkan dari industri manufaktur. Limbah dari industri manufaktur seringkali berupa bahan kimia berbahaya atau limbah padat yang sulit untuk didaur ulang atau diolah kembali. Hal ini menyebabkan residu tersebut sulit untuk dibuang dengan aman tanpa merusak lingkungan.
Selain itu, residu juga menjadi masalah bagi pemangku ekonomi berkelanjutan dalam hal pengelolaan sampah. Sampah-sampah yang dihasilkan dari aktivitas konsumsi masyarakat seringkali sulit untuk diolah kembali atau didaur ulang. Hal ini menyebabkan timbulnya masalah sampah yang menumpuk dan sulit untuk diatasi.
Dalam upaya mengatasi masalah residu, pemangku ekonomi berkelanjutan perlu bekerja sama dalam mengembangkan solusi-solusi yang ramah lingkungan. Salah satu solusi yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan konsep “drop box” atau kotak penampung residu yang dapat didaur ulang. Dengan adanya drop box, residu yang dihasilkan dapat dikumpulkan secara terpisah berdasarkan jenisnya sehingga memudahkan proses pengolahan dan daur ulang.
Selain itu, pemangku ekonomi berkelanjutan juga perlu meningkatkan kesadaran masyarakat dalam hal pengelolaan residu. Dengan memberikan edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya pengelolaan residu secara bijak, diharapkan masyarakat dapat lebih peduli terhadap lingkungan dan turut berperan aktif dalam mengatasi masalah residu.
Dengan adanya kolaborasi antara pemangku ekonomi berkelanjutan, masyarakat, dan pemerintah dalam mengelola residu, diharapkan masalah residu dapat diminimalisir dan lingkungan dapat terjaga dengan baik. Sehingga, pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dapat tercapai tanpa merusak lingkungan.